Kamis, 10 November 2011

Sinetron Malam

Bekicooott...!!!

Malam itu, Septa turun dr bis, dan mesti nyambung naek delman utk menuju rmhnya. Critanya, Septa, udh 15 taon ga pulang kampung. Jd mudik kali niyh sungguh sbh adventure baginya, krn dia hmpr2 lupa sm kampuang halaman.. Untunglah dia ga lupa sm ortunya, yg telah membiayai kuliahnya slm ini..hiks..
kok jd lebaay????...

Saat naek delman, yg suaranya tak..tik...tak...tik...tuk..suara spatu kuda.. Septa duduk d muka, d samping pak kusir, tak sengaja matanya melihat sebuah bangunan rumah tua yg agak menyeramkan. Penerangannya minim, hingga kl d lht dr jauh, tuh rmh spt raksasa yg ingin memakan siapapun yg melintas d perbatasan desa tsb. Tp bkn bangunan itu yg menarik perhatian Septa, melainkan jendela rmh itu. D jendela itu..

Tanpa sengaja Septa melihat ada cahaya tipis, dan...tampak olehnya sesosok wajah dingin, menatap kearahnya. Krn jarak antara rmh tsb dgn delman yg d naikinya agak jauh, Septa tdk jelas spt apa sosok d jendela tsb. Tp yg pasti...seorg WANITA. Maklum, Septa msh jomblo, jd Tuhan kasihan, trs d ciptakanlah wanita berwajah dingin d jendela, yg membuat Septa penasaran. Wanita itu menatap k arah Septa tnpa berkedip.

Delman semakin membawa Septa menjauh, dan akhirnya rmh trsb menghilang dr pandangannya, jg wajah gadis d jendela yg menatapnya tnp eskpresi. Org tua dan teman2 Septa menyambut gembira kedatangannya, mereka mengadakan kenduri 3 hari 3 mlm....hallahh... Lalu Septa mulai bertanya2 ttg rmh itu pada sahabat2 dekatnya, yaitu Adict, Ridho, Felix, dan Leon. Smua sahabat Septa mengatakan kalo rmh itu adalah rmh kosong!!

Karena penasaran, Septa, tnp sepengetahuan ortu dan sobat2nya, mendatangi rmh d perbatasan desa tsb dgn menunggangi kawasaki ninja hatori. Dgn gaya valentino rossi, Septa pun nyampe tanpa menabrak pohon sm sekali. Dr dpn halaman, Septa kembali melihat sosok gadis d jendela, yg kini tampak lbh jelas d matnya. Gadis itu berkulit putih, berambut panjang, dan wajahnya halus bagaikan dinding. Septa lgsg TAPLAK melihatnya.

Dgn gagah berani, Septa mengetuk pintu rmh tsb. Tak berapa lama, pintu terbuka dr dalam.
Kreeeeettt...(bunyi pintu berkarat). Seorg gadis berwajah sendu berdiri tepat d hadapan Septa. Gadis itu menatap dgn ke2 bola matanya yg besar, serta 2 titik hitam d tengahnya, yg memancarkan cahaya kosong.
"Maaf nona, aku Septa. Bole nanya jam brp skrg?" tny Septa Goal. Bener2 taplak niyh cowo.
Gadis itu menatap aneh...

"Kamu kan pake jam tangan, kok nanya lg sm saya?" jwb gadis itu membuat Septa merasa gombalnya gagal. Dgn wjh malu2 ee' kucing, Septa mengakui bhw ia ingin berkenalan. Ternyata gadis itu bernama Dilla, dan dia tinggal sendiri d rmh itu.
"Hasyeeeek..."pikir Septa udh membayangin bra sm cd. Bukan apa2, trnyata d kota, Septa adalah pemilik Toko bra n cd plg bsr d jakarta.
Cie..cie...

Dilla mempersilahkan Septa masuk. D dlm rmh itu, suasana ternyata lbh hangat, kursi, meja, dan taplak tersusun dgn rapi. Cahaya lampu pijar kuning membuat ruangan tamu terasa akrab. Dilla membuatkan segelas teh hangat utk Septa, rasanya manis sekali, semanis wjah Dilla, namun sayang, gadis itu tampang sgt murung, membuat Septa ingin memeluknya. Utglah dia ingat, kl saat ini dia msh PDKT. Kalo engga...hmm..!!

Dilla bercerita bhw rmh itu bknlah rmhnya, dia hny tgl d situ sjk kecil. Pemilik asli rmh itu adalah seorg wanita yg sdh lama meninggal dunia. Dilla mengaku tinggal d rmh itu sendirian tanpa tau dmn org tuanya. Bhkan dia tdk pernah tau apakah dia pny org tua, sodara, bhkan teman. Septa adalah manusia pertama yg dtg k rmh itu, dn berbicara padanya.
Malam tlh larut, ketika hp Septa brdering kencang.

Ternyata bokap Septa nelpon, sekampung nyariin Septa, udh ky Joni blak2an aja dah. Dgn berat hati Septa permisi plg.
"Apa kau akan kembali lg kemari?" tny Dilla dgn pandangan matanya yg menusuk jiwa. Septa bener2 ingin meluk, tp jiwa Batman nya melarang. Laki ga bole gampang terenyuh dgn godaan wanita.
"Besok aku dtg lg." ucap Septa.
"Apa kau tdk takut?" tny Dilla lg.
"Takut apa?"
"Smua org takut padaku.."

"Knp org2 takut padamu?"
"Entahlah. Aku jg tdk tahu. Tp kau beda, kau tdk takut padaku."
"Hny org2 bodoh yg takut padamu. Aku, selain ganteng, juga pemberani. Kl ga percaya, tny aja sm memble2 ancur d bwh ini."
*wkwkwk...
Septa pulang dgn membawa setitik kerinduan yg mulai menghantui jiwanya. Aneh, knp dia mst merasa kehilangan Dilla, padahal dia br bbrp jam berkenalan. Apakah Dilla punya aura magic????

D kampungnya, ternyata ada seorg gadis yg udh d jodohin k Septa. Namanya...
Kira2 nama gadis itu siapa guys? Ada ide?
*-*

Amelia dan Septa udh d jodohkan sjk kecil, namun Septa tdk menyukai perjodohan itu, apa lg stlh dia berkenalan dgn Dilla yg bikin dia penasran. Malamnya, diem2 Septa kembali mendatangi Dilla. Mrk byk bertukar cerita, ttg apa aja, termasuk riwayat wanita pemilik rmh tsb.
"Aku menemukan diary ibu pemilik rmh ini. Ternyata dia anak seorg pejabat sbh partai. Krn babenya korupsi dn kabur k Columbia, babenya msk penjara."

Pemilik rmh itu dulu sering mengunjungi babenya d penjara. Dan pd saat itu, dia berkenalan dgn anak kepala lapas, lalu slg jatuh cinta. Namun cinta mereka d tentang oleh kepala lapas, dan cinta mereka kandas begitu saja.
"Bgmn dgnmu? Apa kau pny pacar?" tny Septa mulai melancarkan ilmu hitamnya.
Dilla tersenyum, "tidak."
"Haaaasyeekk."pikir Septa senang.
"Tp aku tdk mau pacaran."
"Apa?" Septa gubrakkk.

"Aku tdk pandai bergaul. Aku takut org yg mjd pacarku kelak akan kecewa." tutur Dilla murung.
"Aku tdk akan.." ucap Septa jentlemen.
"Maksudmu?"
"Aku suka padamu. Aku ingin mjd pacarmu. Dan aku yakin tdk akan kecewa."
"Tp aku bkn syapa2. Aku bhkan tdk tau org tuaku."
"Itu bkn halangan bg ku. Yg penting kamu pny lobang..."
"APA???"
"Maksudku, slg kamu punya lobang hidung dn bs berafas, aku pst setia pdmu." Goal.

Begitulah, setiap malam Septa menemui Dilla. Kdg mereka ngobrol d teras samping, d tepi kolam lele, atau d loteng. Wl pun mrk telah srg bertemu, namun Dilla blm mau mjd pacar Septa. Hal itu menjadi pikiran Septa. Dia jd srg melamun, hg Amelia penasaran.
"Aa Septa srg k rmh kosong itu ya?" tny Amelia suatu ketika.
"Rmh itu tdk kosong. Ada penghuninya." bantah Septa.
"Rmh itu sdh 10 thn kosong, a." ujar Amelia.

"Gila kamu, Amelia. Rmh itu ada penghuninya. Aku menemuinya stp hari."
"Aa yg sdh ga waras. Jls2 itu rmh kosong. Atau hantu rmh itu sdh mempengaruhi aa ya?"
"Haree genee bicara hantu?"
"Aa kan sdh lm tgl d kota. Jd tdk tau kejadiannya. Pemilik rmh itu mati bunuh diri, aa..."
"Jgn mempengaruhiku."
"Baiklah, cb aa bw penghuni rmh itu kemari dan perkenalkan padaku."
"Okey. Syapa atut???"
Mlmnya Septa menemui Dilla.

Tiba2 Dilla memeluk Septa dn menangis tersedu2, membuat Septa deg..deg..serrr.. Antara hepi dn sedih.
"Ada apa, yank? Knp kamu menangis?"
"Ibu itu...ibu itu...mati bunuh diri...hiks..." isak Dilla.
"Ibu siapa? Ibumu?"
"Bkn, pemilik rmh ini. Aku br aja mendapatkan smbungan diarynya."
"Udhlah, knp kamu mst bersedih?"
"Aku tdk tau. Aku merasa sedih sekali."
"Hmm..utk menghiburmu, bgmn kl kita jln2 k desaku?"
"Apa?"

"Aku ingin kau keluar dr rmh ini. Aku ingin kau berkenalan dgn keluargaku dan teman2ku..."
"Tapi..."
Dilla tdk sempat brkata2. Karena Septa menciumnya........*hmm..uh..ah..*...
"Baiklah." ucap Dilla terbata2 dgn nafas cengap2. Gila amir niy cowo...apa prn jd bintang pilem unyil ya? Pikir Dilla masem2.
Akhirnya Septa membawa Dilla k desanya. D blkg rmhnya, Amalia tlh menunggu. Namun Dilla mendadak malu dan ketakutan.

Dilla bersembunyi d balik pohon. Wl Septa memanggilnya, ttp sj Dilla tdk ingin keluar. Membuat Amelia kesal.
"Mana aa?"
"Itu d balik pohon."
"Suruh kemari."
"Dia ga mau bertemu dgnmu. Sory." akhirnya Septa membawa Dilla pulang kembali k rmhnya. Malam itu hujan deras bgt, membuat Septa tak ingin pulang. Dan ranjang Dilla tampak sgt menggoda iman..
Hallahh...
Septa terlena dlm suasana yg hangat dn indah...

Tiba2 terdgr suara riuh dr luar rmh. Bbrp org menerjang pintu dn msk secara paksa. Septa tdk sempat memperhatikan siapa org2 itu, namun msh sempat d rasakannya tgnnya d cengkram dan dia mendengar Dilla menjerit histeris. Septa berusaha berontak, smp tersungkur jatuh. Kepalanya trbentur dinding, sblm gelap menguasai benaknya, Septa msh sempat merah tgn Dilla, gadis itu menangis, saat mereka d pisahkan. Septa pingsan.

Begitu siuman, Septa mlht org tuanya, Amelia, teman2nya srta bbrp org berdiri d sekitarnya.
"Dilla.."
PLAAKKK...!
Sebuah tamparan yg keras membuat Septa terhuyung.
"Perempuan yg kau cintai itu sdh mati." teriak bpknya dgn suara menggelegar.
"Tdk mgkn...td malam kami..."
"Ayo..." bpk Septa menyeret anaknya msk k rmh. Rmh itu tmpk sgt berbeda dr hangatnya sbh rmh yg selama ini d lht Septa.

Rmh itu penuh debu, sarang laba2, kursi2 tua yg lapuk dan terasa sgt dingin jauh dr kehangatan. Septa tdk percaya.
"Ini bukan rmh Dilla, pa." Septa menggeleng keras. Air matanya mulai meluncur. "Dimana Dilla pa? Apa yg kalian lakukan padanya? Kalian membunuhnya?"
"Septa, kau terhipnotis oleh hantu rmh ini."
"TIDAK..! Aku ingin bertemu Dilla, pa. Dilla... Dilla..." teriak Septa bagai org gila.
"Kau ingin bertemu Dilla?"

"Iya.. Mana Dilla?"
"Ayo..." bpk Septa membawa anaknya k blkg rmh. Disana tampak lahan kosong yg penuh lalang dn semak belukar. D sudut halaman, tampak sebuah nisan.
"Itu Dilla, pacarmu. Sdh mati 10 thn yg lalu."
"Tdk mgkn!" Septa berlari meraih nisan tersebut. Tulisannya sdh pudar, namun akhirnya trbaca jg olehnya sbh nama Dilla. Nama panjang gadis itu ternyata Dilla...rang Protes, Jika critanya panjang bgt. TAMAT.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Rezka - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Makassar